Obesitas dan Pengaruh Psikologis Seseorang
Saya Mau tanya tentang pengaruh Obesitas terhadap Psikologi seseorang. Terima kasih sebelumnya atas jawabannya
Mahasiswa – Bogor
Hallow
Didefinisikan obesitas bila individu memiliki berat badan 30% lebih berat dari berat badan yang tepat. Obesitas dapat ditemukan secara nyata didalam masyarakat, pada umumnya obesitas lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria. Di Amerika hampir 25% obesitas pada tingkat sosio-ekonomi lemah dibandingkan sosio-ekonomi kelas tinggi, hal ini berbanding terbalik di Indonesia, obesitas lebih banyak ditemukan pada tingkat sosio-ekonomi yang lebih baik. Artinya pada orang-orang kelas strata ekonomi menengah keatas lebih banyak mengalami obesitas, hal ini dipengaruhi pola makan masing-masing.
Pelbagai fast-food yang tumbuh di Indonesia menjadi konsumsi golongan strata ekonomi menengah keatas, hampir semuanya dalam bentuk resto mewah, padahal di negara asalnya fast-food tersebut kerap menjadi polemik biang keladi obesitas, istilah junkfood pun kerab menyertai pernyataan dalam tulisan-tulisan ilmiah mengenai kesehatan dan kedokteran. Fast-food yang murah dan diperuntukan bagi mereka pekerja-pkerja buruh dengan harga yang sangat terjangkau oleh siapa pun. Tapi kondisi ini terbalik dengan yang ada di Indonesia, lihat saja siapa saja yang masuk ke restoran cepat saji itu di Indonesia. :)
Obesitas merupakan masalah kompleks dan dapat melibatkan beberapa faktor seperti metabolisme tubuh, nutrisi, psikologis dan sosiologis. Sedangkan penyebabnya dapat dari faktor bio-genetik ataupun overeating . Dampak obesitas lebih mengarah kepada kecenderungan yang berbahaya kepada kesehatan dibandingkan psikologis, bukan berarti hal ini secara psikologis dapat diabaikan. Dalam beberapa kasus obesitas dapat menyebabkan depresi bagi mereka yang gagal dalam menjalankan diet untuk menurunkan berat badannya. Dampak-dampak secara kesehatan berupa tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, dan serangan jantung. Beberapa dampak secara psikologis;
1) Adanya stigma sosial di beberapa negara barat yang menyatakan bahwa obesitas sering dianggap malas dan tidak mempunyai kemauan. Beberapa penelitian ―kegemukan disebabkan kurang aktivitas yang dilakukan oleh tubuh, orang yang mempunyai berat badan berlebihan menganggap olahraga adalah hal yang paling sulit dilakukannya, tentunya akan memperparah tingkat obesitas.
2) Adanya kriteria ideal, berat badan yang ideal membuat individu yang mengalami obesitas kurang rasa percaya diri. Kriteria ideal menciptakan stigma bahwa orang-orang yang mempunyai berat tubuh berlebih tidak tepat disebut dalam patokan kriteria tersebut, hampir semua model sangat dan sangat jarang menggunakan model-model bertubuh gemuk sehingga mereka (obesitas) merasa dirinya tidak pantas dan kurang percaya diri.
3) Adanya kesan streotip yang buruk terhadap obesitas. Pada umumnya orang-orang beranggapan bahwa gemuk itu tidak menarik, kebanyakan orang mencibir ketika melihat kesan obesitas karena dianggap diluar ambang normal tubuh manusia pada umumnya. Perhatikan percakapan dibawah ini; A : Aku mendengar si D sudah menikah, istrinya gemuk sekali! B : Apakah ada yang salah kalau istrinya gemuk? A : Nggak seeh cuma…. (dengan intonasi semakin pelan)
4) Lingkungan kerja. Beberapa perusahaan merasa “keberatan” dengan merekruit pegawai yang mempunyai berat tubuh berlebihan, dianggap tidak luwes, tidak menarik secara fisik dan dianggap tidak fleksibel. Kesalahan cara berpikir ini masih dapat dilihat pada perusahaan-perusahaan yang melakukan proses rekruitment dengan meminta biodata tinggi dan berat badan, atau bahkan photo berwarna. Praktek diskriminasi ini masih banyak di Indonesia, mereka beranggapan bahwa orang yang mengalami kegemukan tidak dapat menarik jumlah customer atau terjadi transform kinerja pegawai yang lain dalam satu atap perusahaan

Sayed Muhammad adalah lulusan psikologi Universitas Islam Indonesia, ia adalah perintis dan penulis tetap di website ini.
Leave a Reply