Menikah Pura-pura
Assalamualaikum
Saya pria yg menikah yg usianya lebih muda beda 7 tahun dari istri saya. Saat ini usia pernikahan sudah mencapai 2 tahun. Dikarenakan pernikahan kami adalah karena perjodohan orang tua..yg masih saudara jauh.. sehingga masih ada paksaan dimana saya tidak mencintai istri saya, yang berdampak sampe saat ini saya belum menggauli istri saya. Sikap saya sampai saat ini dingin, saya cuek tidak pernah ngobrol, tidak bersosialisasi dgn keluarganya, dan saya selalu mengajukan perpisahan bahkan dari mulai tunangan pun. Tapi istri gk mau dipisah dan keluarga sana selalu mengatakan tidak ada penceraian dalam keluarga dia. Saya bisa aja mentalak cerai tapi saya ditakutkan dgn ancaman persaudaraan bakal rusak. Saya tidak nyaman dgn kehidupan saya sekarang karena penuh dengan Kepura puraan. Saya gk ada rencana masa depan. Semakin lama dipendam semakin terbuang waktu ini. Saya selalu mengingatkan istri saya untuk dapat terima keadaan bahwa saya tidak mencintainya. Dan saya katakan dalam agama pun tidak baik seperti ini. Tp dia ngotot bertahan mungkin alasan saya.. Karena faktor usia dan gengsi klo sampe cerai. – Apakah saya perlu cara extrim dgn langsung ke pengadilan atau bilang talak cerai. Walau nanti resiko perpisahan saudara terjadi. -Bagaimana proses dipengadilan agar penceraian dpt segera terputus kan. Mohon solusi nya terima kasih
Karyawan (32) – Jawa Barat
Assalamualaikum WrWb,..
Saya terkejut membaca konsultasi ini, bagaimana Anda menjalani hidup dengan menikahi wanita yang tidak Anda cintai selama 2 tahun ini, bahkan tidak menyentuhnya samasekali.
Anda mengatakan kehidupan Anda tidak nyaman karena dipenuhi dengan kepura-puraan, bukankah Anda sendiri menyukai itu? Anda berpura-pura menyetujui pernikahan tersebut dan mau melakukan pernikahan tersebut? Bukankah Anda sendiri yang memulainya? Kenapa tidak menolak dari awal? Anda adalah seseorang lelaki yang memutuskan menikah atau tidak, Andalah sendiri yang mengucapkan ijab kabul, bukan?
Saya tidak menganjurkan Anda bercerai karena ini adalah keputusan yang Anda yang buat, dimanakah Anda saat itu ketika berijab kabul dengannya? Patungkah yang berdiri disana? Saya mengatakan kepada Anda, bahwa Anda adalah lelaki pengecut yang mencoba melepaskan tanggungjawab dan merusak kebahagiaan pasangan Anda yang seharusnya diperolehnya dengan ketulusan. Anda belum bisa bersikap dewasa, kekanak-kanakan dan berlindung dibawah kalimat” bahwa aku tidak mencintainya” sebagai tameng untuk menceraikan pasangan Anda. Samasekali tidak ada pembelajaran untuk itu.
Belajarlah untuk mencintai! Anda telah menikahinya, ini bukanlah sebuah permainan dimana Anda dapat berhenti sebelum memulainya. Anda telah membuka pintu itu tetapi menutupnya rapat sebelum Anda berani melangkah ke dalamnya. Pernikahan tidak ada yang sempurna atau sesuai dengan keinginan Anda sendiri, kita boleh berharap banyak tetapi belum tentu dapat diperoleh pada setiap kesempatan. Apakah dengan mencintai seseorang dapat membuat pasangan kita bahagia atau hanya Anda yang bahagia?
Pernikahan merupakan wadah pembelajaran bagi kedua pasangan cinta untuk mengenal dan mengungkapkan perasaan-perasaannya secara lebih mendalam yang direstui oleh Tuhan. Melihat permasalahan Anda, justru Anda telah gagal memenuhi kebutuhan secara segi agama juga, jadi berhentilah membangun sebuah mekanisme pertahanan diri. Sebagai perbandingan, banyak pasangan yang menikah tanpa ada ikatan cinta terlebih dahulu dapat merasakan bahagia dan mempertahankan cinta mereka sampai usia tua, kakek-nenek dan orangtua kita mampu melakukannya. Semua mereka lakukan dengan belajar menerima dan mencintai pasangannya dengan tulus, tanpa syarat apapun.
Salam, semoga bisa membantu.

Sayed Muhammad adalah lulusan psikologi Universitas Islam Indonesia, ia adalah perintis dan penulis tetap di website ini.
Assalamualaikum,
Bpk praktek di mana? Saya mau konsultasi langsung bisa? Krn saya ga sanggup menuliskan permasalahan saya. Terima kasih.
Wassalamualaikum.