Istri Selingkuh dan Menuntut Cerai
Saya (28) dan istri (22) saya menikah ketika istri saya sudah hamil 5 bulan. Kami sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama 3 tahun dan baru dikaruniai satu anak yang saat ini usianya jalan 2 tahun. Istri saya ketahuan selingkuh beberapa kali dengan laki-laki lain. Setiap kali ketahuan selingkuh, saya selalu memberi tahu selingkuhannya bahwa istri saya sudah punya suami yang sah dan keadaan yang sebenarnya. Setelah mereka tahu baru mereka meninggalkan istri saya. Namun Sikap istri saya setelah ketahuan adalah meminta cerai saja.
Saya selalu memohon supaya kita tidak cerai. Saya masih menahan diri untuk tidak cerai karena memikirkan anak saya yang masih kecil, Jika saya bercerai anak saya akan tinggal dengan istri saya. Saya khawatir jika anak saya hanya tinggal dengan istri saya karena pergaulan dia dan usianya yg masih muda belum bisa mendidik anak dengan baik. Entah ini sudah yg keberapa dia selingkuh, saya sudah memergoki melalui layanan WA, dia menyembunyikannya dan selalu menghapus percakapan.
Setiap dia selingkuh, dia selalu menyalahkan saya, “jika pasangan selingkuh berarti ada yg salah dengan pasagannya” padahal dari segi ekonomi dan kegiatan seksual semua sudah terpenuhi. Alasannya selalu dia ingin hidup bebas tidak mau dibatasi pergaulannya dengan teman2nya terutama yg laki-laki. Bagaimana sikap saya yang seharusnya? Mohon solusinya.
Pekerja Swasta (28) – Jawa Barat
Halo Bapak,…
Cerita Bapak tidak begitu jelas yang saya tangkap, berawal dari awal pernikahan hingga penyebutan kata “berselingkuh”. Dalam konsultasi yang Bapak kirim, seakan-akan istri Bapak adalah sosok perempuan yang tidak baik, suka berselingkuh. Sementara Bapak begitu sabar dalam menghadapi istri yang berselingkuh. Ada apa sebenarnya? Saya kira banyak hal penting lainnya yang tidak Bapak ceritakan disini.
Sebagai pria pada umumnya, tidak bisa melihat pasangannya berselingkuh dan atau berpura-pura seakan-akan tidak terjadi apa-apa dengan hubungan asmara mereka. Pria bereaksi ketika pasangannya tidak menerimanya, ditolak, apalagi diselingkuhi. Secara naluriah pria ingin berkuasa dengan cara memiliki pasangannya secara utuh, patuh dan tunduk kepadanya. Olah karena itu pria akan melakukan segala sesuatu untuk mendapat pasangannya itu meskipun kadang harus melakukan sesuatu yang mengorbankan kepentingan dirinya.
Setiap individu perlu melakukan segala sesuatu untuk terus berkembang menuju drinya yang lebih dewasa, oleh karena itu segala bentuk konflik yang terjadi dalam rumahtangga dapat menjadi pembelajaran untuk dirinya agar terus memperbaiki diri menuju kematangan dalam berpikir dan berperilaku. Segala konflik haruslah dihadapi dan diselesaikan secara konstruktif yang mengarah pada kebaikan dan tidak boleh merusak dirinya (self destruction), demikian juga dalam berumahtangga.
Menurut cerita Bapak seperti yang disampaikan dalam konsultasi diatas, saya melihat istri menggunakan kelemahan yang terdapat dalam diri Bapak; yaitu takut untuk bercerai. Tameng ini akan terus digunakan istri untuk melepaskan dirinya dari perbuatannya berselingkuh. Perilaku ini terus berulang. Hal ini menunjukkan bahwa ia TIDAK cintai meskipun menikahi Bapak. Tentu Bapak lebih tahu sebab pernikahan Bapak berdua dengannya. Hidup dengan pasangan yang tidak mencintai kita sungguh sangat melelahkan, menguras segala energi dan mental, semuanya dapat berdampak pada rusaknya perkembangan diri. Saya pikir lebih baik Bapak memenuhi gugatan sang istri. Berselingkuh merupakan bentuk fatal flaws, apalagi usia perkawinan baru mencapai usia 3 tahun, sangat jarang terjadi kecuali sesuatu diluar yang berkaitan dengan sex oriented
Mengenai anak, justru berdampak lebih buruk dibandingkan dengan apa yang bapak takutkan. Anak akan belajar dengan apa yang terjadi di dalam rumah, ia akan melihat fungsi ayahnya yang gagal dalam membina rumahtangga, gagal melihat Bapak sebagai sosok ayahnya yang perlu dihormati karena banyaknya laki-laki lain yang hidup disekitar ibunya. Bapak bisa mendapatkan hak asuh anak bila alasan dan argumen yang Bapak berikan kuat dalam pengadilan nanti
Setiap keputusan memiliki resiko, bercerai atau tidak bercerai memiliki resiko baik terhadap anak ataupun kepada bapak sendiri. Bercerai akan membuat anak tumbuh dewasa sebelum waktunya, akan tetapi anak juga belajar segala sesuatu untuk pertumbuhan dan perkembangan diri kedepan. Bapak tidak perlu khawatir tentang hal itu. Terpenting berikanlah kasih sayang kepadanya dan memenuhi segala kebutuhan materil serta psikologisnya, lakukan segala tugas dan peran seorang ayah yang baik. Demikian, semoga bisa membantu.

Sayed Muhammad adalah lulusan psikologi Universitas Islam Indonesia, ia adalah perintis dan penulis tetap di website ini.
Saya ingin konsultasi terkait dengan kondisi Rumah tangga saya saat ini. Saya Pria usia 50th dan Istri 49th. Kami sudah menikah hampir 25 Tahun dan dikaruniai 3 orang Anak yang sudah beranjak dewasa. Suatu hari Tanpa sengaja saya menyadap telpon Istri saya dan menemukan percakapan seorang pria dengan Istri saya yang mengarah pads terjadinya perselingkuhan. Half tersebut segera saya konfirmasi kepada Istri saya dan akhirnya dia mengaku bahwa benar dia telah berselingkuh dengan pria tersebut. Dan perselingkuhan tersebut terjadi 13 Tahun yang lalu sekitar Tahun 2005 dan dia menyesali kejadian tersebut kepada saya. Dan dia berjanji kepada saya dan kepada… Read more »