Istri Mengalami Panic Disorder
Assalamualaikum pak. begini pak, istri saya berumur 27 thn. hampir setahun yg lalu waktu di kantor tiba2 badannya lemas, pusing, jantungnya berdebar debar, dan tangan dan kakinya kesemutan ampe ga bs gerak. lsg dibawa ke ugd semua diperiksa normal ga ada penyakit. tapi kejadian itu trs kambuh sampai saat ini. dibw ke prikiater ktnya terkena panic disorder/gangguan panic.dan diksh terapi obat penenang n depresi ampe 6 bln. tp mpe skrg istri saya tiap hari ngerasain pusing, lemas, badan gemeter, jtg berdebar.begitu trs. mohon pencerahan dan solusinya pak trimakasih.
?? – Indonesia
Hallo…
Kebanyakan individu yang mengalami serangan panik (panic disorder ) tidak menyadari adanya akumulasi distress yang telah menumpuk dalam pikiran bawah sadar, kondisi ini disebut dengan free-floating , hingga suatu ketika tubuh dan pikiran tidak mampu lagi melakukan represi terhadap pikiran-pikiran negatif yang muncul setiap saat. Stimulus kecil (berupa stres) yang berhubungan dengan faktor utama masalah sebagai distres utama memicu timbulnya serangan panik, karena hormon-hormon stres tidaklah hilang begitu cepat, akibatnya hormon tersebut membanjiri syaraf otonom, inilah yang disebut dengan serangan panik.
Serangan panik tidak akan muncul pada individu yang normal, maksudnya sudah dipastikan bahwa istri Anda mengalami gangguan kecemasan , sementara serangan panik lebih dominan terjadi pada individu dengan gangguan kecemasan menyeluruh . Hal ini kemungkinannya adalah hampir dalam keseharian istri Anda mengalami atau melakukan represi terhadap stresnya.
Pemberian obat-obatan selama terapi bukanlah berarti sebagai satu-satunya pemecahan masalah, fungsi obat-obatan itu bertujuan agar tubuh tidak memproduksi hormon-hormon yang berhubungan dengan stres secara berlebihan, menciptakan kenyamanan (bahkan kadang pasien terlihat seperti “fly”).
Obat-obatan merupakan langkah pendukung selama psikoterapi dilakukan, bila pasien hanya diberikan obat penenang semata sebagai langkah penyembuhan dapat beresiko pada kesehatan pasien itu sendiri. Oleh karenanya haruslah diiringi dengan psikoterapi, CBT (cognitive-behavioural therapy) misalnya. Bila istri Anda sudah mengkonsumsi obat-obatan selama 6 bulan ini maka ini adalah batas pakai obat-obatan tersebut, obat-obatan seperti jenis transiklik (tricyclics) mempunyai efek yang buruk terhadap tubuh dan pemakaian dalam waktu lama (tahunan), tidak sesuai dengan resep dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal atau bahkan kematian disamping efek lainnya secara langsung.
Anda perlu berkonsultasi perihal ini dengan dokter/psikiater yang menangani istri Anda, setahu saya, psikiatris mempunyai laporan dari perkembangan pasien selama mengkonsumsi obat-obatan, tujuannya adalah untuk mengetahui efek dan pengaruh obat tersebut terhadap perkembangan psikologis pasien, adakalanya jenis obat itu tidak cocok untuk setiap orang, oleh sebab itu laporan tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengganti resep, melihat tingkat kemajuan pasien dan sebagainya. Anda juga tidak dapat menghentikan konsumsi obat-obatan secara mendadak, hal ini juga harus didiskusikan kepada dokter yang menangani istri Anda.
Individu yang mengalami gangguan kecemasan tidak dapat bergantung sepenuhnya pada obat-obatan, menemukan sebab-sebab sebagai pemicu kecemasan, cara-cara mengantisipasinya dan menyelesaikan masalah tersebut merupakan langkah terbaik untuk menyembuhkan pasien dari gangguan kecemasan. Sebagai suami, Anda perlu melakukan pendekatan terhadap istri secara sabar dan penuh kasih sayang untuk membuka rahasia tersebut. Sayang sekali Anda tidak menceritakan usia perkawinan Anda dalam hal ini. Cobalah cari tahu masalah-masalah yang dihadapi istri Anda. Berikan dukungannya dalam menghadapi masalah, perbaiki komunikasi Anda berdua, temukan solusi permasalahan secara bersama, cipatakan hubungan Anda lebih akrab dan penuh kasih sayang.
Ada baiknya juga istri Anda mengunjungi psikiater agar lebih leluasa dalam mengutarakan masalahnya, psikiater akan mencari akar permasalahan, menyusun strategi dalam penyelesaian konflik sampai pertimbangan perlu tidaknya terapi psikologis dilakukan. Karena sangat sulit melakukan diagnosa bila bukan dilakukan oleh individu yang bersangkutan itu sendiri. Penanganan lebih baik dilakukan secepatnya agar gangguan tersebut tidak meluas atau berkembang lebih buruk lagi atau bahkan menetap.
Semoga dapat membantu.

Sayed Muhammad adalah lulusan psikologi Universitas Islam Indonesia, ia adalah perintis dan penulis tetap di website ini.
Leave a Reply