Gay Ingin Cerai
Saya dito usia 33, usia perkawinan sy baru 1thn. Perlu diketahui orientasi sexsual saya dg pria (gay). Saya pcaran dg istri slma 2th setelah itu menikah dg kondisi istri tdak tahu sy seorang gay. Pada saat itu sy tdk dpt berhub sex scara baik tp bs ereksi walaupun prosesnya lama. Setelah 4bln mnikah saya ketahuan jika gay oleh istri, dan istri mau mnerima kondisi sy krn dia amat mencintai saya. Awalnya sy tdk brani menikah dg dia krn takut sy tdk bisa ereksi namun dg tekad sy memberanikan diri dg harapan sy bisa meninggalkan kehdupan gay dan kmbali ke jln normal. Setelah kondisi saya diketahui istri ada bbrpa hal yg ingin saya konsultasikan sbb : 1. Saya kehilangan harga diri sebagai laki2 dmata istri saya sehingga saya nenjadi minder walaupun istri sdh menerima sy ap adanya, ini sngat mempengaruhi mental psikologi sy sampai skrg. 2. Saya tdak bisa ereksi sm sekali dan tdak merasa bergairah atau terangsang dan tertarik saat melakukan hub sex, shingga sampai saat ini sy tdak bisa melakukan kewajiban sy menafkahi batin. 3. Istri pernah menyuruh sy melakukan pengobatan hypnoterapy namun sy tdk bersedia krn sy tahu gay tdak akan bs sembuh namun hanya bs ditinggalkan. Dan sy kurang rahu bgaimana agar sy bisa erejsi dg waniita. 4. Saya merasa kasihan trhdp istri dan berdosa krn tdk dpt menafkahi bathin. Sy ingin dia bahagia namun sy tdk sanggup menbahagiakan dia. 5. Saya pernahh meminta dia berpikir baik baik untuk masa depannya dg meninggalkan saya nmun dia blum bersedia. Cinta dia memang lbh besar dr pd cinta saya ke dia. Sy sngt terbebani mental dan psikis apalagi ketika dia menginginkan hub sex. 6. Saya berencana pisah dg dia dg pertimbangan kondisi sy yg tdk mampu bemberikan nafkah batin slm menikah dan masa depan kebahagiaan dia. Apakah diperkenankan sy nenuntut cerai dmn untuk case diatas seharusnya istri yg mengajukan cerai. Mohon advisenya dr bpk dan ibu konselor. Terima kasih
Karyawan [33]
Halo Dito,
Membaca permasalahan Anda dalam hubungan seksual dengan istri, Anda menyebutkan bahwa Anda masih mampu ereksi tetapi masih membutuhkan waktu yang lama. Secara pribadi saya mempercayai bahwa Anda masih bisa terangsang dengan pasangan Anda yang “normal” yakni istri Anda sendiri, artinya kemampuan ereksi itu sendiri tergantung pada kondisi pikiran masing-masing individu selama tidak dalam keadaan gangguan medis dan sebagainya. Beberapa orang dengan tekanan stres yang tinggi juga mengalami kesulitan proses panetrasi namun ketidakmampuan tersebut berangsur-angsur hilang ketika tingkat stres dapat diatasi atau berkurang.
Kondisi Anda memang tidak sama dengan kondisi yang saya sebut diatas, namun pola pikiran yang sama dapat diterapkan secara perlahan, konsisten dan adanya keinginan untuk mengubah, saya yakin dengan keinginan kuat dari dalam diri Anda dapat melakukan re-emotional programming sendiri dengan bantuan istri meski butuh waktu yang lama dan penuh kesabaran. Perubahan yang hendak dicapai tidaklah dapat ditempuh secara instan, dibutuhkan keyakinan, tekat, pikiran dan perilaku yang bersinergi untuk penyembuhan.
Perceraian bukanlah pilihan untuk menyelesaikan persoalan, apalagi Anda pernah bertekad untuk berubah dengan memilih istri Anda sebagai pasangan hidup, namun justru ketika sudah menikah Anda memilih untuk bercerai? Bukankah itu akan membuang sebuah kesempatan yang terbuka untuk masa penyembuhan? Ketakutan tidak dihargai oleh istri Anda bukanlah sebuah alasan untuk pembenaran perceraian, harga diri Anda justru ada ketika Anda berusaha untuk sembuh, toh dalam cerita Anda menyebutkan bahwa istri sungguh mencintai Anda. Anda bisa menggunakan dukungan sang istri untuk penguatan penyembuhan.
Hal terpenting yang perlu dilakukan segera adalah melakukan konseling dan terapi terdekat di kota Anda, langkah ini lebih baik dan tepat dilakukan secara tatap muka langsung dibandingkan secara online. Hal lain untuk diketahui, tidak perlu terfokus pada hubungan seksual terlebih dahulu, “belajar mencintai” istri Anda merupakan langkah awal yang bisa dilakukan setiap waktu untuk penyembuhan secara gratis. Semoga sukses, salam.

Sayed Muhammad adalah lulusan psikologi Universitas Islam Indonesia, ia adalah perintis dan penulis tetap di website ini.
Leave a Reply
Be the First to Comment!