Berkonsultasi untuk Orang Lain
Saya mempunyai teman seorang wanita orang tuanya telah bercerai dan dia ikut dg ibunya, selama dia ikut pada ibunya dia merasa tertekan sebab selalu dimarahi, ditekan, lebih2 ketika dia ibunya tahu dia berhubungan dengan cowok lain, padahal ibunya katanya telah menyediakan calon untuknya, dia belom tahu calon itu. Suatu saat dia ketahuan bersama dengan cowok maka ibunya marah dan melarang dia brhub dengan dia lagi. Selama ini dia jg tidak dipebolehkan keluar rumah sehingga dg tetangga dktnya dia tdak kenal, dia seringa dimarahi malah ibunya berkata km bisa berhub dengan dia tapi tdk dianggap lagi sbg anaknya. Dia takut, padahl dia rela bila bersama dg cowoknya walau apapun keadaannya. Bagaimana sikap yang harus dilakukan oleh dia?
A – Solo
Saya sebenarnya agak terkejut membaca konsultasi ini, banyak sekali menjadi pertanyaan bagi saya, dan mempertimbangkan apakah ini bentuk konsultasi yang perlu dijawab atau tidak. Pertama, sebenarnya Anda mempunyai hubungan apa dengan dengan ibu teman Anda tersebut? Bagaimana Anda bisa mengetahui secara detil kejadian yang menimpanya? Apakah Anda seorang detektif? Menurut saya masalah yang Anda ceritakan bukanlah suatu masalah besar bagi wanita itu. Ia tidak membutuhkan konseling atau pahlawan kesiangan yang dapat mengangkatnya dari konflik yang sedang dialaminya. Ia saat ini tidak memerlukan orang lain untuk dapat mengatasi masalahnya. Konselor tidak akan memberikan solusi apapun bila wanita tersebut tidak meminta perlunya konseling dilakukan. Saya mohon maaf karena tidak dapat memberikan jawaban untuk masalah terhadap orang lain dengan banyak pertimbangan. Konsultasi baru dapat dilakukan bila memang dibutuhkan oleh yang bersangkutan.

Sayed Muhammad adalah lulusan psikologi Universitas Islam Indonesia, ia adalah perintis dan penulis tetap di website ini.
Leave a Reply